Orang Ketiga

     Haloo! Apa Kabar? Semoga baik-baik saja ya, kalaupun hatimu sedang pecah semoga suatu saat direkatkan kembali dan kembali berbahagia. Kalau dipikir-pikir opening blog aku selalu mirip-mirip ya, bahkan beberapa ada yang sama, kayanya aku emang ga cocok deh jadi penulis ckckcck. 


        Apa yang mau aku bahas kali ini? apa yaa. Orang Ketiga. Pelakor. Ga Ga Ga wkwkw. Orang ketiga, siapa yang mau jadi orang ketiga? Akusi engga. Eh sebelumnya, orang ketiga yang aku maksud disini bukan perusak hubungan ya, orang ketiga disini adalah orang yang ikut andil dalam suatu cerita namun bukan dia pemeran utamanya, bukan dia yang berakhir bahagia, dan bukan dia yang akhirnya mendapatkan yang dia mau. Semakin aku tumbuh, semakin aku sadar kalau kebanyakkan saat seseorang bahagia akan ada orang yang menderita karena kebahagiaanya, akan ada orang yang kalah dan kehilangan, akan ada orang yang sedih, dan orang yang suffer dari kebahagiaan orang utama. Ketika ada yang menang kompetisi tentu ada yang kalah, ketika ada yang lulus suatu tes tentu ada yang ga lulus, ketika ada yang mendapatkan suatu jabatan tentu ada orang yang sedih karena bukan dia yang mendapatkan, dan masih banyak lagiiii. Kejam ya hidup hahaha. 

        Aku sendiri pernah merasakan posisi orang ketiga, berat. Apalagi kalau sudah berjuang semampu kamu, berusaha sekuat mungkin, memberikan segala energi dan usaha sampai kamupun ga bisa lagi bangkit, namun pada akhirnya bukan kamu yang mendapatkan yang kamu mau. Berat. Sedih. Kecewa. Iri. Sakit. Hancur. Hahahaa. Tapi mau bagaimana lagi? Bukan takdirnya untuk kita yang mendapatkan. Ga mudah si buat aku bilang ini wkwkw, akupun bingung harus melangkah kemana selanjutnya. I'm Stuck too. Apalagi kalau yang mendapatkan tidak berjuang semaksimal kamu, apalagi kamu tau seberapa jelek dan buruknya, apalagi kalau kamu tau dia ga pantes mendapatkan itu, huh. Rasanya mau teriak, rasanya mau membongkar semuanya, rasanya mau membeberkan semua yang kamu tau. Tapi, sekali lagi, hati ini terlalu baik sampai ga tega untuk menghancurkan orang lain yang sudah menghancurkannya. Ini baik atau bego?.

        Tapi sekali lagi, semakin tua akan ada satu kata yang selalu kamu ucapkan ketika dunia sedang tidak memihakmu. Yasudahlah. Mau di apakan lagi? Ga ada. Satu-satunya jalan yang ada ya mengikhlaskan dan memaafkan. Susah, aku tau susah. Bahkan sampai sekarang pun aku belum bisa. Tapi aku berusaha kok, aku berusaha semampuku, aku berusaha setiap harinya dan aku yakin nanti hati aku akan kembali  tenang. Aku tau aku tidak sejahat dia. Aku terlahir beda. Aku terlahir menjadi orang yang memaafkan dan mengikhlaskan walaupun sudah menyakitiku. Kalian juga harus ya. Perasaaan benci kaya gini ga enak tau. Walaupun susah, aku yakin kita mampu memaafkan orang yang sudah menyakiti kita, walaupun susah aku tau kita mampu mengikhlaskan sesuatu yang belum menjadi milik kita meskipun kita sudah berjuang semampu kita. Kita beda dari mereka, hati kita tulus, ga sama seperti penghancur. Sabar yaa. Lakukan apapun yang kamu mau, mau block dia dari semua sosmed mu, ga mau liat wajah dia lagi, bakar semua fotonya, buang semua pemberiaan dia, apapun itu selagi tidak menyakiti fisik dan emosional orang lain, lakukan!. Ga ada kata childish untuk mengembalikan mental menjadi sehat. Semua orang punya caranya masing masing! Aku tau kita bisa, aku tau aku bisa. Aku tau dalam beberapa tahun lagi, atau bulan, atau minggu, atau mungkin dalam beberapa hari lagi, ketika mendengar namanya sudah tidak akan terasa apa-apa lagi. Semangat! Aku bisa, begitupun kamu!. 

        Dan untuk orang ketiga dalam ceritaku, aku minta maaf secara tulus ya. Aku minta maaf kebahagiaanku menjadi kesedihan untuk kamu. Tapi aku yakin, kamu bisa memaafkan dan mengikhlaskan, aku tau kamu akan bahagia suatu saat nanti. Aku tau kamu akan cemerlang di tempat lain. Sekali lagi, maafkan aku ya! Dan teruntuk kamu yang membuat aku menjadi orang ketiga, aku benci kamu, aku benci kamu untuk saat ini. Tapi aku yakin suatu saat nanti, namamu ga akan berarti apa-apa untukku. 



Lots of love


Alya Putri Rama. 

Komentar

Postingan Populer